INFEKSI NOSOKOMIAL

07.49 Unknown 0 Comments


A.    Pengertian
Infeksi nasokomial adalah infeksi yang tejadi pada seseorang pasien yang sedang dirawat atau berobat jalan di RS dan waktu mulai dirawat tidak sedang dalam masa inkubasi suatu penyakit menular.

B.     Epidemiologi
Infeksi nosokomial banyak terjadi di seluruh dunia dengan kejadian terbanyak di negara miskin dan negara yang sedang berkembang karena penyakit – penyakit infeksi masih menjadi penyebab utama. Suatu penelitian yang yang dilakukan oleh WHO menunjukkan bahwa sekitar 8,7% dari 55 rumah sakit dari 14 negara yang berasal dari Eropa, Timur Tengah, Asia Tenggara dan Pasifik tetap menunjukkan adanya infeksi nosokomial dengan Asia Tenggara sebanyak 10,0% (Ducel, G, 2002). Walaupun ilmu pengetahuan dan penelitian tentang mikrobiologi meningkat pesat pada 3 dekade terakhir dan sedikit demi sedikit resiko infeksi dapat dicegah, tetapi semakin meningkatnya pasien – pasien dengan penyakit immunocompromised, bakteri yang resisten antibiotik, super infeksi virus dan jamur, dan prosedur invasif, masih menyebabkan infeksi nasokomial menimbulkan kematian sebanyak 88.000 kasus setiap tahunnya walaupun (Light RW, 2001).

C.     Cara Penularan Infeksi Nasokomial
Cara penularan infeksi nasokomial bisa berupa infeksi silang (Cross infection) yaitu disebabkan oleh kuman yang didapat dari orang atau penderita lain di rumah sakit secara langsung atau tidak langsung. Infeksi sendiri (Self infection, Auto infection) yaitu disebabkan oleh kuman dari penderita itu sendiri yang berpindah tempat dari satu jaringan ke jaringan yang lain. Infeksi lingkungan (Environmental infection) yaitu disebabkan oleh kuman yang berasal dari benda atau bahan yang tidak bernyawa yang berada di lingkungan rumah sakit. Misalnya lingkungan yang lembab dan lain-lain (Depkes RI, 1995). Menurut Jemes H. Hughes dkk, yang dikutip oleh Misnadiarli 1994, tentang model cara penularan, ada 4 cara penularan infeksi nosokomial yaitu kontak langsung antara pasien dan personil yang merawat atau menjaga pasien. Seterusnya, kontak tidak langsung ketika objek tidak bersemangat/kondisi lemah dalam lingkungan menjadi kontaminasi dan tidak didesinfeksi atau sterilkan, sebagai contoh perawatan luka paska operasi. Selain itu, penularan cara droplet infection dimana kuman dapat mencapai ke udara (air borne) dan penularan melalui vektor yaitu penularan melalui hewan/serangga yang membawa kuman (Depkes RI, 1995).

D.    Faktor – faktor infeksi nasokomial
·         Faktor – faktor yang mempengaruhi terjadinya infeksi nasokomial
-          Infeksi secara langsung atau secara tidak langsung
             Infeksi boleh terjadi karena kontak secara langsung atau tidak langsung. Penularan infeksi ini dapat tertular melalui tangan, kulit dan baju, yang disebabkan oleh golongan staphylococcus aureus. Cairan yang diberikan secara intravena dan jarum suntik, peralatan serta instrumen kedokteran boleh menyebabkan infeksi nosokomial. Makanan yang tidak steril, tidak dimasak dan diambil menggunakan tangan yang menyebabkan terjadinya cross infection (Babb, JR. Liffe, AJ, 1995, Ducel, G, 2002).
-          Resistensi Antibiotika
               Seiring dengan penemuan dan penggunaan antibiotika penicillin antara tahun 1950 – 1970, kebanyakan penyakit yang serius dan fatal ketika itu dapat diterapi dan disembuhkan. Bagaimanapun keberhasilan ini menyebabkan penggunaan berlebihan dan penyalahgunaan antibiotika. Maka banyak mikroorganisme yang kini menjadi lebih resisten. Peningkatan resistensi bakteri dapat meningkatkan angka mortalitas terutama pada pasien yang immunocompromised (Ducel, G, 2002). Penggunaan antibiotika yang terus – menerus ini meningkatkan multiplikasi serta penyebaran strain yang resisten.
        Penyebab utamanya adalah penggunaan antibiotika yang tidak sesuai dan tidak terkontrol, dosis antibiotika yang tidak optimal, terapi dan pengobatan menggunakan antibiotika yang terlalu singkat serta kesalahan diagnosa (Ducel, G, 2002). Infeksi nasokomial sangat mempengaruhi angka morbiditas dan mortalitas di rumah sakit, dan menjadi sangat penting karena:
1.       Meningkatnya jumlah penderita yang dirawat
2.      Seringnya imunitas tubuh melemah karena sakit, pengobatan atau umur
3.      Mikroorganisme yang baru (mutasi)
4.      Meningkatnya resistensi bakteri terhadap antibiotika (Ducel, G, 2002)

  • ·         Faktor – faktor yang menentukan infeksi nasokomial

-          Virulensi kuman (kemampuan kuman untuk berkembang biak)
           Kuman – kuman phatogen biasanya mempunyai kemampuan untuk mengadakan infeksi dan berkembang biak dalam tubuh normal. Derajat kemampuan inilah yang biasanya menyebabkan infeksi nasokomial. Beberapa mikoorganisme yang biasanya virulen pada seorang normal tetapi sewaktu – waktu bisa phatogen bila daya tahan tubuh menurun.
-          Jumlah kuman yang masuk
               Makin banyak jumlah kuman yang masuk pada seseorang makin banyak kuman yang berkembang biak di dalam tubuh.
-          Lamanya kontak dengan penyebab infeksi
               Lamanya kontak dengan penyebab infeksi atau langsung, tubuh akan memberikan perlawanan terhadap infeksi. Apabila organismenya sedikit akan tetapi bila mengadakan infeksi terus menerus dalam jangka waktu yang lama akan memberikan resiko yang cukup lama.
-          Daya tahan tubuh
            Kemampuan seseorang untuk melawan infeksi dipengaruhi oleh mekanisme daya tahan tubuh dan keadaan kesehatan pada umumnya.
-          Tempat yang rentan pada pasien
               Kuman pertama menyerang jaringan harus berada dalam sumsum dan tempat dengan suasana yang cocok untuk kemudian berkembang biak.
 Kuman – kuman yang sering menyebabkan infeksi nasokomial:

              Bakteri
    Persentase (%)
 Enterobacteriaceae
            >40
 S. aureus
              11
 Enterococcus
              10
 P. aeruginosa
                9

                                           Mikroorganisme
  Persentase(%)
 S. aureus, Staphylococci koagulase negatif, Enterococci
           34
 E. coli, P. aeruginosa, Enterobacter spp., & K. pneumonia
           32
 C. difficile
           17
 Fungi (kebanyakan C. Albicans)
           10
 Bakteri Gram negatif lain (Acinetobacter, Citrobacter,Haemophilus)
             7








E.  Beberapa infeksi nasokomial yang sering terjadi
1.      Infeksi Luka Operasi (ILO)
Merupakan infeksi yang terjadi dalam kurun waktu 30 hari paska operasi jika tidak menggunakan implan atau dalam kurun waktu 1 tahun jika terdapat implan dan infeksi tersebut memang tampak berhubungan dengan operasi dan melibatkan suatu bagian anotomi tertentu (contoh, organ atau ruang) pada tempat insisi yang dibuka atau dimanipulasi pada saat operasi dengan setidaknya terdapat salah satu tanda :
-          Keluar cairan purulen dari drain organ dalam
-          Didapat isolasi bakteri dari organ dalam
-          Ditemukan abses 
-          Dinyatakan infeksi oleh ahli bedah atau dokter.
2.      Infeksi Saluran Kencing (ISK)
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah jenis infeksi yang sangat sering terjadi. ISK dapat terjadi di saluran ginjal (ureter), kandung kemih (bladder), atau saluran kencing bagian luar (uretra). Bakteri utama penyebab ISK adalah bakteri Escherichia coli (E. coli) yang banyak terdapat pada tinja manusia dan biasa hidup di kolon. Wanita lebih rentan terkena ISK karena uretra wanita lebih pendek daripada uretra pria sehingga bakteri ini lebih mudah menjangkaunya. Infeksi juga dapat dipicu oleh batu di saluran kencing yang menahan koloni kuman. Sebaliknya, ISK kronis juga dapat menimbulkan batu.
3.      Bakterimia
Bakterimia adalah keadaan dimana terdapatnya bakteri yang mampu hidup dalam aliran darah secara sementara, hilang timbul atau menetap. Bakterimia merupakan infeksi sistemik yang berbahaya karena dapat berlanjut menjadi sepsis yang angka kematiannya cukup tinggi. Faktor risiko terjadinya bakterimia pada orang dewasa antara lain lama perawatan di rumah sakit, tingkat keparahan penyakit, komorbiditas, tindakan invasif, terapi antibiotika yang tidak tepat, terapi imunosupresan, dan penggunaan steroid.
4.      Infeksi Saluran Napas (ISN)
Infeksi saluran napas berdasarkan wilayah infeksinya terbagi menjadi infeksi saluran napas atas dan infeksi saluran napas bawah. Infeksi saluran napas atas meliputi rhinitis, sinusitis, faringitis, laringitis, epiglotitis, tonsilitis, otitis. Sedangkan infeksi saluran napas bawah meliputi infeksi pada bronkhus, alveoli seperti bronkhitis, bronkhiolitis, pneumonia.
Keadaan rumah sakit yang tidak baik dapat menimbulkan infeksi saluran napas atas maupun bawah. Infeksi saluran napas atas bila tidak diatasi dengan baik dapat berkembang menyebabkan infeksi saluran nafas bawah. Infeksi saluran nafas atas yang paling banyak terjadi serta perlunya penanganan dengan baik karena dampak komplikasinya yang membahayakan adalah otitis, sinusitis, dan faringitis.
5.      Intensive care unit (ICU)
-          Dalam ICU dirawat pasien – pasien gawat
-          Pemberian antibiotic yang intensif merangsang timbulnya kuman – kuman resisten
-          Dalam ICU banyak dipergunakan alat – alat pendukung pengobatan
-          Perubahan flora pasien sering cepata dalam ICU
6.      Infeksi cairan infuse dan tindakan intravaskuler
-          Kontaminasi karena kesalahan pembuatan cairan infuse
-    Kontaminasi sekunder karena mikroorganisme masuk kedalam cairan infus tanpa disengaja (memasukan obat kedalam infus)
-          Pemasangan tidak aseptic.

F.      Upaya pencegahan infeksi nasokomial
Pembersihan yang rutin sangat penting untuk meyakinkan bahwa rumah sakit sangat bersih dan benar – benar bersih dari debu, minyak dan kotoran. Perlu diingat bahwa sekitar 90 persen dari kotoran yang terlihat pasti mengandung kuman. Harus ada waktu yang teratur untuk membersihkan dinding, lantai, tempat tidur, pintu, jendela, tirai, kamar mandi, dan alat-alat medis yang telah dipakai berkali-kali.
Pengaturan udara yang baik sukar dilakukan di banyak fasilitas kesehatan. Usahakan adanya pemakaian penyaring udara, terutama bagi penderita dengan status imun yang rendah atau bagi penderita yang dapat menyebarkan penyakit melalui udara. Kamar dengan pengaturan udara yang baik akan lebih banyak menurunkan resiko terjadinya penularan tuberkulosis. Selain itu, rumah sakit harus membangun suatu fasilitas penyaring air dan menjaga kebersihan. Pemrosesan serta filternya untuk mencegahan terjadinya pertumbuhan bakteri. Sterilisasi air pada rumah sakit dengan prasarana yang terbatas dapat menggunakan panas matahari.
Toilet rumah sakit juga harus dijaga, terutama pada unit perawatan pasien diare untuk mencegah terjadinya infeksi antar pasien. Permukaan toilet harus selalu bersih dan diberi disinfektan. Disinfektan akan membunuh kuman dan mencegah penularan antar pasien.



DAFTAR PUSTAKA

You Might Also Like

0 komentar: